Pamekasan, AnalisaNews – Himpunan Mahasiswa Program Studi Ilmu Qur’an dan Tafsir (HMPS IQT) IAIN Madura menggelar peringatan Dies Maulidiyah ke-10 di Aula Perpustakaan IAIN Madura pada Senin (21/10) pagi.
Ketua HMPS IQT IAIN Madura, Achmad Syukron Jazilan, menyatakan bahwa Dies Maulidiyah adalah tradisi tahunan yang penting. Dia menekankan makna perayaan ini dalam mencerminkan sejarah dan pencapaian Prodi Ilmu Qur’an dan Tafsir yang telah mengalami perkembangan signifikan dalam sepuluh tahun terakhir.
“Dies Maulidiyah Ke-10 adalah momen refleksi dan apresiasi. Prodi kami telah tumbuh hingga menjadi salah satu prodi unggulan di tahun 2024,” ungkap Achmad Syukron.
Ia menambahkan harapannya agar mahasiswa dapat meningkatkan daya saing, khususnya dalam bidang keilmuan yang relevan dengan tantangan zaman.
Syaiful Hadi, Rektor IAIN Madura, dalam sambutannya mengungkapkan kebanggaannya terhadap semangat kolaborasi di kalangan mahasiswa dan dosen dalam menciptakan suasana akademik yang kondusif. Ia menekankan pentingnya kajian Al-Qur’an dan tafsir dalam membangun wawasan keagamaan yang luas dan komprehensif.
“Kampus IAIN Madura dikenal sebagai Kampus Tanian Lanjheng, yang memiliki kedekatan dengan nilai budaya dan keislaman. Melalui pengkajian Al-Qur’an dan tafsir, kami berupaya memperkuat hubungan antara pengetahuan dan budaya yang menjadi ciri khas masyarakat Madura,” jelas Syaiful.
Rektor juga menggarisbawahi peran Prodi Ilmu Qur’an dan Tafsir dalam menghadapi tantangan zaman yang semakin kompleks. Ia percaya bahwa kolaborasi antara akademisi dan mahasiswa adalah kunci untuk menciptakan generasi muda yang siap bersaing di tingkat global.
“Kegiatan ini menjadi wadah bagi kita untuk membuka wawasan baru dan menjawab kebutuhan zaman, sekaligus memperkuat etos keilmuan yang berakar pada budaya lokal,” tambahnya.
Acara Dies Maulidiyah juga dimeriahkan oleh seminar nasional yang mengangkat tema “Santri, Moderasi Beragama, dan Perjuangan Ulama Nusantara.” Seminar ini menghadirkan dua narasumber berpengalaman, yaitu Prof. Dr. Said Agil Husin Al Munawar, M.A., Guru Besar Bidang Ushul Fiqh, dan Gus Muhammad Abid, seorang pemerhati sanad Al-Qur’an Nusantara.